Saturday, November 13, 2010

Kristus Pengantara Persekutuan Kristen yang Sejati

                Kita sudah sering mendengar kalimat ”Kristus adalah pengantara antara Allah dengan manusia”."Kristus memperdamaikan manusia  berdosa dengan Allah Bapa di surga melalui jalan salib”. Tapi kita mungkin jarang mendengar kalimat “Kristus sebagai pengantara antara orang Kristen yang satu dengan orang Kristen yang lain”. Tanpa kita menjadikan Kristus sebagai pengantara hubungan kita dengan saudara-saudara seiman yang lain, maka tidak mungkin terbentuk persekutuan Kristen yang sejati. Bagaimana Kristus menjadi pengantara antara saya dengan saudara seiman saya yang lain? Seorang teolog Jerman, Dietrich Bonhoeffer memberikan jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut. Bonhoeffer mengatakan bahwa Kristus menjadi pengantara dalam persekutuan Kristen dengan dua cara berikut:

Pertama, setiap orang Kristen memerlukan orang Kristen lain oleh karena Yesus Kristus. Maksudnya Kristuslah yang membimbing kita masuk ke dalam suatu kehidupan bersama. Saya memerlukan Kristus untuk membenarkan dan menyelamatkan saya. Karena hanya Dia yang dapat melakukan hal itu. Tetapi untuk dapat beriman dalam Kristus, saya memerlukan komunitas. Ketika Kristus menarik diri saya kepada diriNya, Dia mula-mula menarik diri saya kepada komunitas yang di dalam-Nya kristus diberitakan, Firman-Nya diyakini dan Roh-Nya berperan aktif. Karena saya memerlukan Kristus, maka saya memerlukan orang lain untuk membawa saya pada Kristus, bahkan tidak berhenti pada sampai di situ. Pertumbuhan iman saya juga memerlukan dukungan saudara seiman yang lain. Kita tidak dapat memonopoli Kristus secara pribadi, terpisah dari tubuh Kristus.

Kedua, Kristus menjadi pengantara persekutuan Kristen berarti kita hanya dapat bersekutu dengan saudara-saudara seiman yang lain hanya melalui Yesus Kristus. Jadi bukan saja saya memerlukan Kristus, tetapi juga karena saya memerlukan Kristus supaya saya dapat bersekutu dengan saudara seiman saya.
                Kedua pengertian di atas, mematahkan anggapan bahwa persekutuan Kristen dibangun atas dasar kita diciptakan sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang. Karena yang berinisiatif mula-mula adalah Kristus, bukan dari diri kita sendiri. Kristus yang membangun persekutuan Kristen, bukan kita. Hal ini membawa implikasi baru bagi kita, yaitu persekutuan dengan saudara-saudara seiman adalah salah satu anugerah Allah. Karena anugerah, maka hal ini bukan hasil usaha dari gereja, bukan hasil usaha dari pengurus/aktivis, bukan hasil kemampuan kita berkomunikasi dengan orang lain, sehingga persekutuan itu ada. Karena persekutuan ini merupakan anugerah, maka harus dihargai dan dipelihara.
                Saya mencoba membayangkan, alangkah indahnya persekutuan Kristen pada jemaat mula-mula (Baca Kisah Para Rasul 4:32-37). Alkitab mengatakan mereka sehati sejiwa. Mereka bukan hanya berbagi rasa tetapi juga berbagi harta. Mereka menganggap kepentingan orang lain lebih utama dari kepentingan pribadi. Saya percaya bagian Firman Tuhan ini tidak menentang adanya kepemilikan pribadi. Tetapi menggambarkan bahwa mereka kaya dalam kemurahan dan kebaikan. Mereka selalu mengaitkan kepentingan dan kepemilikan pribadi mereka dalam konteks tubuh Kristus. Mereka hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Kapan persekutuan kita dapat mencapai tingkat kedewasaan iman seperti ini? Kiranya Tuhan menolong kita semua. Amin! 

No comments:

Post a Comment